Siapa bilang jalan kaki itu menyusahkan? Awalnya terlihat menyusahkan, namun berjalan kaki itu ternyata bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tapi kalau jarak 60 km, kagak usaha jalan kaki jugalah. Nanti sampainya setelah beberapa hari.. hehehehe..
Silahkan dibaca manfaat berjalan kaki dibawah ini :
1. Jantung.
Pertama-tama tentu menekan risiko serangan jantung. Kita tahu otot
jantung membutuhkan aliran darah lebih deras (dari pembuluh koroner yang
memberinya makan) agar bugar dan berfungsi normal memompakan darah tanpa henti.
Untuk itu, otot jantung membutuhkan aliran darah yang lebih deras dan lancar.
Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung.
Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung
terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup. Bukan hanya itu. Kelenturan pembuluh darah
arteri tubuh yang terlatih menguncup dan mengembang akan terbantu oleh
mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding pembuluh darah
sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu. Hasil akhirnya,
tekanan darah cenderung menjadi lebih rendah, perlengketan antarsel darah yang
bisa berakibat gumpalan bekuan darah penyumbat pembuluh juga akan berkurang.
Lebih dari itu, kolesterol baik (HDL) yang bekerja sebagai spons penyerap
kolesterol jahat (LDL) akan meningkat dengan berjalan kaki tergopoh-gopoh.
Tidak banyak cara di luar obat yang dapat meningkatkan kadar HDL selain dengan
bergerak badan. Berjalan kaki tergopoh-gopoh tercatat mampu menurunkan risiko
serangan jantung menjadi tinggal separuhnya.
2. Stroke.
Kendati manfaat berjalan kaki terhadap stroke pengaruhnya belum
senyata terhadap serangan jantung koroner, beberapa studi menunjukkan hasil
yang menggembirakan. Tengok saja bukti alami nenek-moyang kita yang lebih
banyak melakukan kegiatan berjalan kaki setiap hari, kasus stroke zaman dulu
tidak sebanyak sekarang. Salah satu studi terhadap 70 ribu perawat (Harvard
School of Public Health) yang dalam bekerja tercatat melakukan kegiatan
berjalan kaki sebanyak 20 jam dalam seminggu, risiko mereka terserang stroke
menurun duapertiga.
3. Berat badan stabil.
Ternyata dengan membiasakan berjalan kaki rutin, laju metabolisme
tubuh ditingkatkan. Selain sejumlah kalori terbuang oleh aktivitas berjalan
kaki, kelebihan kalori yang mungkin ada akan terbakar oleh meningkatnya
metabolisme tubuh, sehingga kenaikan berat badan tidak terjadi.
4. Menurunkan berat badan.
Selain berat badan dipertahankan stabil, mereka yang mulai
kelebihan berat badan, bisa diturunkan dengan melakukan kegiatan
berjalan kaki tergopoh-gopoh itu secara rutin. Kelebihan gajih di bawah kulit
akan dibakar bila rajin melakukan kegiatan berjalan kaki cukup laju paling
kurang satu jam.
5. Mencegah kencing manis.
Dengan membiasakan berjalan kaki melaju sekitar 6 km per jam, waktu
tempuh sekitar 50 menit, ternyata dapat menunda atau mencegah berkembangnya
diabetes, khususnya pada mereka yang bertubuh gemuk (National Institute of
Diabetes and Gigesive & Kidney Diseases). Sebagaimana kita tahu bahwa kasus
diabetesyang bisa diatasi tanpa perlu minum obat, bisa dilakukan dengan memilih
gerak badan rutin berkala. Selama gula darah bisa terkontrol hanya dengan cara
bergerak
badan (brisk walking), obat tidak diperlukan. Itu berarti bahwa
berjalan kaki tergopoh-gopoh sama manfaatnya dengan obat antidiabetes.
6. Mencegah osteoporosis.
Betul. Dengan gerak badan dan berjalan kaki cepat, bukan saja
otot-otot badan yang diperkokoh, melainkan tulang-belulang juga. Untuk
metabolisme kalsium, bergerak badan diperlukan juga, selain butuh paparan
cahaya matahari pagi. Tak cukup ekstra kalsium dan vitamin D saja untuk
mencegah atau memperlambat proses osteoporosis. Tubuh juga membutuhkan gerak
badan dan memerlukan waktu paling kurang 15 menit terpapar matahari pagi agar
terbebas dari ancaman osteoporosis. Mereka yang melakukan gerak badan sejak
muda, dan cukup mengonsumsi kalsium, sampai usia 70 tahun diperkirakan masih
bisa terbebas dari ancaman pengeroposan tulang.
7. Meredakan encok lutut.
Lebih sepertiga orang usia lanjut di Amerika mengalami encok lutut
(osteoarthiris) . Dengan membiasakan diri berjalan kaki cepat atau memilih
berjalan di dalam kolam renang, keluhan nyeri encok lutut bisa mereda. Untuk
mereka yang mengidap encok lutut, kegiatan berjalan kaki perlu dilakukan
berselang-seling, tidak setiap hari. Tujuannya untuk memberi kesempatan kepada
sendi untuk memulihkan diri. Satu hal yang perlu diingat bagi pengidap encok
tungkai atau kaki: jangan keliru memilih sepatu olahraga. Kita tahu, dengan
semakin pertambahnya usia, ruang sendi semakin sempit, lapisan rawan sendi kian
menipis, dan cairan ruang sendi sudah susut. Kondisi sendi yang sudah seperti
itu perlu dijaga dan dilindungi agar tidak mengalami goncangan yang berat oleh
beban bobot tubuh, terlebih pada yang gemuk. Bila bantalan (sol) sepatu olahraganya
kurang empuk, sepatu gagal berperan sebagai peredam goncangan (shock absorber).
Itu berarti sendi tetap mengalami beban goncangan berat selama berjalan,
apalagi bila berlari atau melompat. Hal ini yang memperburuk kondisi sendi,
lalu mencetuskan serangan nyeri sendi atau menimbulkan penyakit sendi pada
mereka yang berisiko terkena gangguan sendi.
Munculnya nyeri sendi sehabis melakukan kegiatan berjalan kaki, bisa
jadi lantaran keliru memilih jenis sepatu olahraga. Sepatu bermerek menentukan
kualitas bantalannya, selain kesesuaian anatomi kaki. Kebiasaan berjalan kaki
tanpa alas kaki, bahkan di dalam rumah
sekalipun, bisa memperburuk kondisi sendi-sendi tungkai dan kaki,
akibat beban dan goncangan yang harus dipikul oleh sendi.
8. Menghindari Depresi.
Ternyata bergerak badan dengan berjalan kaki cepat juga membantu
pasien dengan status depresi. Berjalan kaki tergopoh-gopoh bisa menggantikan
obat antidepresan yang harus diminum rutin. Studi ihwal terbebas dari depresi
dengan berjalan kaki sudah dikerjakan lebih 10 tahun.
9. Kanker
Kanker juga dapat dibatalkan muncul bila kita rajin berjalan kaki,
setidaknya jenis kanker usus besar (colorectal carcinoma).
Kita tahu, bergerak badan ikut melancarkan peristaltik usus, sehingga
buang air besar lebih tertib. Kanker usus dicetuskan pula oleh tertahannya
tinja lebih lama di saluran pencernaan. Studi lain juga menyebutkan peran
berjalan kaki terhadap kemungkinan penurunan risiko terkena kanker payudara.
Dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar