1. PENGERTIAN
Definisi yang paling umum dari berfikir adalah berkembangnya ide dan konsep (Bochenski, dalam Suriasumantri (ed), 1983:52) di dalam diri seseorang. Perkembangan ide dan konsep ini berlangsung melalui proses penjalinan hubungan antara bagian-bagian informasi yang tersimpan di dalam diri seseorang yang berupa pengertian-pengertian.
“Berpikir” mencakup banyak aktivitas mental. Kita berpikir saat memutuskan barang apa yang akan kita beli di toko. Kita berpikir saat melamun sambil menunggu kuliah pengantar psikologi dimulai. Kita berpikir saat mencoba memecahkan ujian yang diberikan di kelas. Kita berpikir saat menulis artikel, menulis makalah, menulis surat, membaca buku, membaca koran, merencanakan liburan, atau mengkhawatirkan suatu persahabatan yang terganggu.
2. KONSEP BERPIKIR
Di dalam berpikir, tentunya kita menggunakan simbol-simbol atau penggambaran. Nah, konsep merupakan kontruksi simbolik yang menggambarkan ciri atau beberapa ciri umum sesuatu objek dan kejadian. Kita ambil contoh pengertian handphone, dalam pikiran kita apa yang menjadi gambaran tentang handphone? Tentunya kita dapat memberi gambaran tentang alat komunikasi yang dapat dibawa kemana-mana. Dengan proses ini, kita dapat mengklasifikasikan yang mana handphone, yang mana bukan handphone.
Ada beberapa macam dari konsep itu sendiri:
1. Konsep-konsep yang sederhana
2. Konsep yang kompleks
3. Konsep Konjungtif
4. Konsep Disjungtif
3. PROSES BERPIKIR
Proses berpikir erat kaitannya dengan bahasa, sebab manusia dapat membentuk ratusan bahkan ribuan simbol-simbol dalam otak. Namun bukan hanya dengan bahasa saja proses berpikir itu muncul, tetapi dapat juga degan image. Seperti contoh, dari SMA kita mendapat informasi bahwa kuliah itu sangat jauh berbeda dengan dunia SMA. Nah, dari gambaran itu, kita akan mulai berpikir untuk mempersiapkan apa-apa saja yang kita butuhkan dan lewati menuju proses dunia kampus tersebut.
Hal itu lah yang disebut dengan visual map yaitu gambaran tentang apa yang akan kita hadapi. Gambaran yang kita dapatkan itu perlahan akan dapat kita klasifikasikan. Namun hal terbesar dalam proses berpikir ialah bahasa, karena dengan bahasa biasa digunakan seseorang untuk mengeluarkan hasil pikirannya.
4. CARA MEMPEROLEH KONSEP
Proses memperoleh konsep ada yang secara disengaja dan ada juga yang secara tidak sengaja. Sengaja dalam hal ini ialah dapat dikatakan konsep ilmiah yaitu konsep yang didapatkan. Konsep ini memiliki prosedur tertentu dikarenakan perolehannya yang betul-betul teliti dan menggunakan dasar-dasar ilmiah. Seperti: (menganalisa cahaya)
1. Tingkat analisis
Tingkat ini mengacu perhatian pada setiap setiap sumber-sumber cahaya. Mengenai sifatnya, dan dicatat sebagai suatu penelitian.
2. Tingkat Komperasi
Tingkat ini menemukan sifat umum dan sifat khusus dari cahaya yang telah diteliti sebelumnya.
3. Tingkat abstraksi
Pada tingkatan ini, kita mencari perbedaan sifat dari masing-masing sumber cahaya tadi.
4. Menyimpulkan
Tingkat ini adalah hasil dari penelitian sebelumnya yang akan memberi informasi atau gambaran bahwa “cahaya adalah kumpulan beberapa zat yang dapat memberi penerangan dan memiliki massa”.
Tidak sengaja dalam memperoleh konsep adalah mengacu pada pengalaman yang sebenarnya memberikan konsep kepada kita walaupun kita tidak membutuhkan itu. Tetapi hal itu dapat memberikan gambaran yang nyata bagi kita. Misalkan pengertian cinta, kita mengetahuinya mulai dari proses suka kepada seseorang, sakit hati dan seterusnya.
5. PENYELESAIAN MASALAH
Masalah adalah ketika terdapat perbedaan atau konflik pada pencapaian tujuan. Masalah ini tentu punya problem solving yang memiliki kaidah atau aturan (rules). Ada banyak kaidah dalam penyelesaian masalah, namun ada dua yang pokok yaitu:
1. Kaidah algoritma
Kaidah ini menjanjikan keberhasilan. Contoh: Jika seseorang mendapatkan soal tentang trigonometri yang terlihat rumit, maka kaidah menjanjikan keberhasilan apabila seseorang memiliki kemampuan dasar segitiga dan hitungan yang baik.
2. Kaidah Horistik
Kaidah ini adalah proses moncoba-coba hingga ada jalan atau problem solving yang terlihat.
Misalkan seseorang diperintahkan menghitung banyaknya kombinasi penyelesaian pada lantai dasar rubik yang berwarna putih. Dalam proses ini seseorang akan mencoba-coba memutar rubik tersebut hingga lantai dasarnya dapat diselesaikan.
Pandangan Thorndike VS. Kohler mengenai problem solving
1. Percobaan thorndike yang menggunakan kucing yang dikurung di dalam sangkar, dan makanan yang ada diluar sangkar. Sangkara akan terbuka apabila kendali di dalam kandang ditarik atau tertarik. Nah, eksperimen pertama kucing berlari-lari dan mengangguk-angguk. Pada suatu kesempatan ia tiba-tiba menarik kendali sacara tidak sengaja dan akhirnya pintu sangkar terbuka.
Begitu seterusnya eksperimen ini diulangi dan ternya si kucing semakin cepat dalam problem solving dalam hal ini mengambil makanan diluar kandang.Dari hasil percobaannya ia menyimpulkan bahwa problem solving diperoleh karena proses coba-salah (trial error).
2. Percobaan Kohler digunakan pada simpanse. Prosesnya hampir sama yaitu pisang diletakkan diluar kurungan simpanse, dan diberikan tongkat di sekitar simpanse. Simpanse ini mencoba mengambil pisang yang berada diluar kandang namun gagal, tetapi pada saat ia menggunakan tongkat barulah ia mampu mengambilnya.
Kesimpulan Kohler ialah bahwa problem solving itu didapatkan dari insight atau pengertian (pemahaman). Dalam kasus ini simpanse paham bahwa dengan menggunakan tongkat ia akan dapt mengambil pisang yang berada di luar kurungannya itu.
6. CARA MENGAMBIL KESIMPULAN
Tujuan dari berpikir adalah untuk memperoleh problem solving sesuai dangan maslah yang kita hadapi. Tentunya dalam proses penarikan kesimpulan, ada beberapa cara yaitu:
1. Kesimpulan yang ditarik berdasarkan analogi
Kesimpulan yang ditarik menggunakan proses adalah dengan memanfaatkan peristiwa dan kondisi yang sama.
Misalkan : Seorang anak yang pulang sekolah melihat ada rambutan yang jatuh di depan rumah, dan ketika itu setelah ia masuk rumah ia melihat ada nenek datang dari kampung. Di hari yang lain ketika rambutan nampak jatuh di depan rumahnya, nenek pada saat itu juga ada. Nah, dari proses ini, anak akan membuat kesimpulan bahwa setiap ada rambutan yang jatuh, maka nenenk juga pasti ada, walaupun itu belum tentu kebenarannya.
2. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara induktif
yaitu keputusan yang diambil dari pendapat - pendapat khusus menuju ke satu pendapat umum. Misalnya :
· Tembaga di panaskan akan memuai
· Perak di panaskan akan memuai
· Besi di panaskan akan memuai
· Kuningan di panaskan akan memuai
Jadi (kesimpulan), bahwa semua logam kalau dipanaskan akan memuai.
3. Kesimpulan yang ditarik atas dasar cara deduktif
Keputusan deduktif ditarik dari hal yang umum ke hal yang khusus , Jadi berlawanan dengan keputusan induktif. Misalnya : Semua logam kalau dipanaskan memuai (umum), tembaga adalah logam. Jadi (kesimpulan) : tembaga kalau dipanaskan memuai Contoh lain : Semua manusia terkena nasib mati, Si Karto adalah manusia Jadi pada suatu hari si Karto akan mati. Kesimpulan ini sama dengan silogisme:
P ----> Q
Q----> R
maka, P ----> R
7. BERPIKIR KREATIF
Inti dari berpikir ialah menemukan problem solving. Namun, dalam beberapa analisis data seseorang, ia menemukan hal baru yang bisa saja belum ada sebelumnya. Seperti dalam dunia para pembuat cerita, ia menemukan ide dalam cerita barunya. Ilmuwan, ia menemukan landasan teori yang akurat dalam percobaannya. Walaupun begitu, segala sesuatu yang didapatkan dalam hal ini berupa ide baru dari hasil berpikir kreatif, kita harus tetpa menggunakan teori-teori yang pernah ada sebelumnya. Adapun hal lain dalam berpikir kreatif ialah:
1. Tingkatan-tingkatan dalam berpikir kreatif
a. Persiapan
Pada tahap persiapan seseorang akan memformulasikan masalah dengan teori atau fakta yang berguna untuk memperoleh pemecahan masalahnya.
b. Tingkat inkubasi
Yaitu proses berlangsungnya masalah dalam diri seseorang yang belum menemukan pemecahan masalahnya.
c. Tingkat pemecahan
Tingkat ini, orang telah mendapatkan pemecahan masalahnya secara tiba-tiba.
d. Tingkat evaluasi
Disini, orang mulai mengecek apakah itu cocok atau tidak dalam penyelesaian masalah tersebut.
e. Tingkat revisi
Apabila tingkat evaluasi tidak cocok, maka akan dilakukan tahap revisi ini.
2. Sifat-sifat pemikir kreatif
a. Memilih penampakan yang kompleks.
b. Dominan dan lebih besar petahanan diri
c. Menolak suppresssion sebagai mekanisme kontrol
d. Mempunyai psikodinamika yang kompleks, dan skope yang luas
e. Dalam judgment-nya lebih mandiri.
8. HAMBATAN DALAM PROSES BERPIKIR
Hambatan dalam proses berpikir bisa saja terjadi. Semisal, menghitung perkalian 8 x 7 akan lebih mudah dibandingkan dengan mengerjakan soal fisika murni. Hambatan ini muncul akibat dari (1) Kurangnya data yang kita dapat (2)pertentangan data yang satu dengan data yang lain. Dalam proses berpikir, terdapat hambatan apabila data itu kurang atau data tersebut tidak jelas adanya.
Sumber:
- Walgito, Bimo. 2008. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : PT andi publisher
- Whandi. 2010. Perkembangan Berbicara (Bahasa) Pada Anak-Anak Usia Dini.
- Santrock, John W..2007. Perkembangan Anak. Erlangga
- Maulina, Dita. Perkembangan Bahasa Anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar