Aliran kognitif mulai muncul pada tahun 60-an sebagai
gejala ketidakpuasan terhadap konseps manusia menurut behaviorisme dan psikoanalisa. Gerakan ini
tidak lagi memandang manusia sebagai makhluk yang bereaksi secara pasif terhadap
lingkungan, melainkan sebagai makhluk yang selalu berfikir (Homo Sapiens).
Paham kognitifisme ini tumbuh akibat pemikiran-pemikiran kaum rasionalisme yang menyatakan bahwa manusia itu dapat berpikir lebih baik dari makhluk hidup lainnya.
Tokoh-tokohnya antara lain: Gestalt, Meinong,
Ehrenfels, Kohler, Max Wetheimer, dan Koffka. Menurut mereka manusia tidak
memberikan respons secara otomatis kepada stimulus yang dihadapkan kepadanya
karena manusia adalah makhluk aktif yang dapat menafsirkan lingkungan dan
bahkan dapat mendistorsinya (merubahnya). Pada dasarnya mereka berpandangan
bahwa manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimuli itu sendiri.
Ciri-ciri aliran kognitif:
1. mementingkan apa yang ada dalam
diri manusia
2. mementingkan keseluruhan daripada
bagian-bagian
3. mementingkan peranan kognitif
4. mementingkan kondisi waktu
sekarang
5. mementingkan pembentukan struktur
kognitif
6. mengutamakan keseimbangan dalam
diri manusia
7. mengutamakan insight (pengertian,
pemahaman)
Konsep Pembelajaran Kognitif
Pengembangan konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya yaitu: Piaget, Bruner dan Ausuble.
Pengembangan konsep pembelajaran kognitif sudah tentu sangat dipengaruhi oleh aliran psikologi kognitif. Terdapat tiga tokoh penting di dalamnya yaitu: Piaget, Bruner dan Ausuble.
Tiga prinsip utama pembelajaran yang
dikemukakan Jean Piaget, antara lain:
a. Belajar aktif
Proses pembelajaran adalah proses
aktif, karena pengetahuan terbentuk dari dalam subyek belajar. Untuk membantu
perkembangan kognitif anak, kepadanya perlu diciptakan suatu kondisi belajar
yang memungkinkan anak belajar sendiri, misalnya: melakukan percobaan sendiri;
memanipulasi symbol-simbol; mengajukan pertanyaan dan mencari jawabannya
sendiri; membandingkan penemuan sendiri dengan penemuan temannya.
b. Belajar lewat interaksi social
Dalam belajar perlu diciptakan
suasana yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara subyek belajar.
Menurut Piaget belajar bersama baik dengan teman sebaya maupun orang yang lebih
dewasa akan membantu perkembangan kognitif mereka. Karena tanpa kebersamaan
kognitif akan berkembang dengan sifat egosentrisnya. Dan dengan kebersamaan
khasanah kognitif anak akan semakin beragam. Hal ini memperkuat pendapat dari
JL. Mursell.
c. Belajar lewat pengalaman sendiri
Dengan menggunakan pengalaman nyata
maka perkembangan kognitif seseorang akan lebih baik daripada hanya menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi. Berbahasa sangat penting untuk berkomunikasi namun
jika tidak diikuti oleh penerapan dan pengalaman maka perkembangan kognitif
seseorang akan cenderung mengarah ke verbalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar