Relasi dan Ketertarikan
Sosial
Ketertarikan sosial
merupakan bagian penting dari persepsi sosial. Apakah kita menyukai orang lain
atau tidak, itu merupakan keputusan yang diambil/dibuat dilakukan orang setiap
hari. Apabila seseorang menyukai orang lain (simpati ataupun empati), maka
tindakan selanjutnya adalah ia ingin dekat dengan orang itu (saling berbicara,
jalan bersama, saling mengunjungi dsb).
Terutama dalam
kaitannya dengan konsep diri, sikap, sehingga menyebabkan seseorang dapat
berpikir dan berbuat seperti apa yang dipikirikan dan diperbuat orang
lain.Kenyataannya, interaksi sosial dapat memberikan kesenangan sekaligus
penderitaan bagi seseorang, apabila terjadi konflik.
Ada beberapa variable
penyebab ketertarikan seseorang :
•Physical Attractiveness
Ada beberapa pendapat
bahwa Physical Attractiveness ada korelasi/hubungan dengan kesukaannya pada
orang lain. Penelitian yang dilakukan oleh Dion (1968) pada umumnya orang
percaya bahwa yang dikatakan cantik itu berkorelasi dengan baik. Orang-orang itu
juga cenderung mengakui bahwa cantik atau tampan. Ketika anak TK ditanya :
Siapakah yang paling disukai di dalam kelas dan siapa yang berperilaku baik?
Ternyata mereka akan menunjuk teman mereka yang paling menarik (secara physical
attractiveness sangat menarik menurut orang dewasa).
Eksperimen Dion
terhadap beberapa wanita
Mereka ditunjukkan 2
foto (foto anak nakal/jahat yang wajahnya menarik dan yang wajahnya tidak
menarik walaupun anaknya baik). Ketika disuruh menilai, ternyata ada perbedaan
besar.
Bagi anak yang tampan,
mereka cenderung memberikan maaf dibandingkan dengan anakanak yang jelek/tidak
menarik.
Orang dewasa di dalam
menilai orang lain, terkadang cenderung mengikuti pola yang sama. Apabila
dinilai orang itu menarik secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju
hal-hal yang baik. Kita cenderung menilai orang menarik itu lebih berhasil
dalam rumah tangga dan pekerjaan. Kenyataan menunjukkan bahwa apabila kita
bersama orang yang tampan menarik, kita itu dapat sekaligus juga disukai.
Dalam beberapa
penelitian (Bickman, 1971) menemukan bahwa pakaian kita berpengaruh pada
bagaimana orang menanggapi kita
Ada 2 kelompok wanita;
satu kelompok berpakaian yang menunjukkan tingkat sosial tinggi. Kelompok lain
tingkat sosial rendah.
Masing-masing kelompok
diminta menggunakan telepon umum yang ada banyak orang. Selesai menelpon, ada
barang yang ditinggalkan (dalam hal ini secara sengaja adalah dompet). Ketika
orang berikutnya keluar dan ditanyakan apakah ia melihat dompet yang tadi
hilang ? Hasilnya 78% subjek mengembalikan uang kepada orang yang tingkat
sosialnya tinggi. Sisanya untuk yang rendah.
Ada penelitian oleh
Ellen & Walster (1969); menyatakan bahwa kecantikan/ketampanan memiliki
pengaruh besar pada kesan awal. Mengapa? Karena kekuatan dari kecantikan/ketampanan
dapat hilang setelah kita mengenal orang itu.
•Similarity (kesamaan)
Kita lebih suka
kesamaan daripada perbedaan dengan orang lain. Secara alami, sayap burung itu
berkepak bersama-sama. Riset menunjukkan bahwa kita menyukai orang lain karena
sikap dan nilai yang dimiliki sama dengan kita.
Menurut penelitian,
kita lebih menyukai orang yang mirip dengan kita dalam hal SES, kemenarikan
fisik, kecerdasan, dan kemampuan. Namun yang lebih menarik adalah kita tertarik
pada orang yang memiliki sikap yang sama dengan sikap kita (Byrne, 1986).
Penelitian lain (Andrasik, 1973) tentang orang kulit putih, ternyata mereka
lebih suka bergaul dengan orang kulit hitam karena memiliki sikap yang sama
dibandingkan dengan orang kulit putih dengan sikap yang berbeda. Penelitian
lain terhadap mahasiswa baru (Newcomb, 1961). Sebelum diasramakan, mereka
diberi angket tentang nilai dan sikap mereka. Subjek dibagi dalam dua kelompok.
Kelompok satu diberi teman sekamar yang nilai sikapnya sama dan kelompok dua
sebaliknya. Hasilnya, ternyata kesamaan sikap teman sekamar atau yang bukan
teman sekamar, cenderung menentukan daya tarik. Alasannya adalah bergaul dengan
orang yang memiliki kesamaan sikap dan nilai, akan lebih menyenangkan
(mengurangi konflik). Sedangkan perbedaan /
ketidaksetujuan
terhadap sikap dan nilai dapat mengecewakan dan melelahkan karena konflik
terus-menerus. Secara terus-menerus kita tidak setuju dengan orang yang dekat
dengan kita akan menyebabkan sakit hati.
•Proximity (kedekatan)
Orang berpendapat,
menyukai itu menyebabkan menjumpai. Dengan demikian, ada hubungan sebab akibat
antara menyukai dan sering menjumpai. eg. Kedekatan secara fisik/geografis
dengan orang lain sehingga mudah untuk berinteraksi ternyata faktor penentu
paling penting dalam kedekatan/keakraban. Logikanya adalah semakin dekat tempat
tinggal, semakin sering ketemu; semakin sering ketemu, semakin disukai. Apakah
mesti seperti itu ? Tidak tentu. Maka itu, kedekatan itu penting jika telah
menjadi interaksi sosial, karena daya tarik sosial ada sebagai akibat dari
adanya interaksi sosial.
Pada umumnya orang yang
mampu untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, memiliki keunggulan. Pada
umumnya orang lebih menyukai orang yang berkemampuan dalam bidangnya daripada yang
tidak. Namun ada batas-batasnya dalam hukum ini. Pernah dilakukan
penelitian (Aronson, 1966) menyimpulkan bahwa orang lebih menyukai orang yang
berkemampuan selama mereka itu tidak terlalu sempurna. Mengapa? Karena orang
yang sempurna itu tidak manusiawi lagi. Penelitiannya Subjek diperlihatkan
empat rekaman tentang empat orang yang sedang menjadi peserta ujicoba acara
kuis. Di dalam rekaman itu masing-masing orang harus menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang sangat sulit. Salah seorang di antaranya memang
mendekati jenius. Di dalam rekaman lain, tampil orang yang kemampuannya sama
dengan yang jenius tadi, namun pada akhir kegiatan ia mengakui bahwa ia pernah
menumpahkan kopi membasahi pakaiannya. Rekaman ketiga adalah seorang yang
menunjukkan kemampuannya yang rata-rata. Dan rekaman keempat kemampuannya pun
rata-rata namun berbuat salah. Kemudian ditanyakan kepada responden mana yang
lebih disukai ?
Ternyata rekaman kedua
dan yang paling tidak disukai adalah rekaman keempat. Dengan kata lain, orang
yang sangat supel mungkin lebih disukai karena kesalahannya, sedangkan orang
yang rata-rata itu tidak.
•Complementary (Saling
melengkapi)
Ada satu wilayah yang
di dalamnya tidak berlaku hukum similaritas. Wilayah itu adalah kepribadian. Di
dalam menanggapi kepribadian orang lain, kita sering mengesampingkan perhatian
kita pada kemiripan, namun lebih mencari sesuatu yang sangat berkaitan dengan
melengkapi. Dalam hal ini tidak perlu kedua kepribadian itu harus berlawanan,
namun di dalam bidang-bidang penting tertentu, masing-masing orang dengan
memenuhi kebutuhannya sendiri, secara otomatis memenuhi kebutuhan orang lain.
eg. Seorang suami yang penurut dengan istri yang dominan, seorang manajer yang
suka bekerja dengan istri yang senang tinggal di rumah.
•Rewardingness
(keuntungan)
Sebagaimana dinyatakan
oleh Social Action Theory, kita menyukai orang yang memberikan hadiah kepada
kita, baik hadiah materi maupun sosial. eg. Mengapa orang suka bergaul dengan
orang yang cantik/tampan, mengapa orang dekat sekali dengan orang yang suka
bersosialisasi ataupun dengan orang yang suka pendapatnya didukung. Semuanya
itu adalah hadiah sosial. Hadiah penting yang lain adalah kesenangan karena
kita disukai. Menurut Aronson (1970), pada umumnya kita tertarik pada orang
yang menunjukkan bahwa mereka itu menyukai kita, bahkan hadiah itu tidak harus
besar, melainkan hadiah kecil lebih
membuat orang tertarik
pada kita. Sebaliknya, kenalan yang berbicara di telepon terlalu lama dan
membosankan ataupun teman baik kita yang meminjam buku dan tidak dikembalikan,
cenderung lama-kelamaan akan ditinggalkan.
Semakin banyak kita
memperoleh keuntungan yang didapat dari seseorang, semakin kita menyukai orang
itu. Namun demikian, ada keterbatasan tentang hukum ini. eg. Apabila orang
menyukai orang dua kali lipat kadarnya daripada anda menyukainya, atau kita
menemukan orang yang banyak memberikan pujian yang anda pikir anda tidak pantas
menerima itu, atau apabila kita banyak menerima hadiah namun kita sendiri tidak
memiliki kesempatan untuk membalas, ini semua adalah kondisi yang tidak
menyenangkan. Semua itu tercermin dalam suatu neraca dan orang berharap agar
neraca itu harus selalu seimbang.
Perlu dicatat bahwa
hukum ini bisa juga bekerja sebaliknya. Artinya apabila kita berhenti
memberikan hadiah pada orang lain, maka kemungkinan besar hubungan itu akan
putus. Jadi, senyuman, perhatian, dsb, termasuk dalam bentuk-bentuk hadiah.
Teori Ketertarikan pada
Orang Lain
Mengapa kita menyukai
beberapa orang dan tidak menyukai orang lain ? Apa yang menentukan bahwa
seseorang itu bisa menjadi teman kita. Ada beberapa teori :
1. Teori Belajar
Prinsipnya adalah
penguatan (reinforcement). Kita menyukai orang lain karena adanya reward. Salah
satu reward yang penting adalah persetujuan sosial. Penelitian Aronson
menemukan bahwa orang cenderung menyukai orang lain yang menilainya secara
positif. Secara signifikan, subjek itu lebih menyukai pasangannya apabila
pasangannya itu menyukai hal-hal yang positif tentang subjek lebih daripada
hal-hal yang sifatnya negatif.
2. Teori Pertukaran
Sosial
Sesuai teori ini, kita
menyukai seseorang apabila kita mempersepsi interaksi kita dengan orang itu
bersifat menguntungkan. Keuntungan di sini artinya, reward yang didapatkan
lebih besar daripada punishment-nya. eg. Kita menyukai seseorang yang menarik,
lucu, walaupun orang itu sering terlambat.
Jadi, total
kalkulasinya adalah lebih besar (+) daripada (-). Teori ini menekankan bahwa
kita membuat penilaian komparatif. Artinya, menilai keuntungan yang kita
peroleh dari seseorang dibandingkan keuntungan yang kita berikan untuk orang
lain.
3. Teori Asosiasi
Menurut Byrne &
Floor, terjadinya ketertarikan sosial adalah karena adanya asosiasi. Eg. Kita
menjadi suka pada seseorang karena disesuaikan dengan pengalaman yang baik dan
menyenangkan. Demikian pula kita tidak menyukai seseorang karena pengalaman
buruk/jelek. Penelitian oleh May & Hamilton (1980) membuat latar
belakangnya musik, yaitu musik bagus dan jelek terhadap daya tarik
interpersonal. Pertama-tama mereka menentukan musik-musik mana yang paling
disukai dan yang tidak disukai. Kemudian mereka meminta mahasiswi lain untuk
menilai foto pria yang dikenal. Sementara mereka menilai, diperdengarkan musik
yang tadi. Hasilnya, penilaian terhadap foto itu sangat dipengaruhi oleh background
musik tersebut. Gagasan dari penelitian ini adalah rasa suka terhadap seseorang
itu dapat dipengaruhi oleh reaksi emosional yang dikondisikan pada
kejadian-kejadian yang diasosiasikan dengan orang itu. Atau stimulus-stimulus
dari luar yang mempengaruhi mood.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar